ANALISIS PENGARUH PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TERHADAP PROSES PRODUKSI

Jurnal ANALISIS PENGARUH PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TERHADAP PROSES PRODUKSI

ANALISIS PENGARUH PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TERHADAP PROSES PRODUKSI PADA PT.HANTONG PRECISION MANUFACTURING BATAM
ABSTRACT
Economy and the development of today's business world has grown very rapidly in line with the rapid development of Science and Technology (Science and Technology) are increasingly sophisticated. So the competition among manufacturers, especially in the city of Batam become increasingly stringent. Competition exposes a thriving business in an uncertain business conditions, many companies close down due to no longer afford to maintain the continuity of its business. There is increasing competition between companies encourage every company to establish control over the supply of raw materials properly so that the company can continue to exist in order to achieve a desired goal
 The results of the regression testing between inventory control of raw materials to the efficiency of the production process, showed that five variables significantly affect the efficiency of the production process. It can be seen from the value of the probability of error probability X1 = 0.000, X2 = 0.000 probability, probability X3 = 0.000, X4 = 0.000 probability and probability values X5 = 0.000, therefore all probability values <0.05. Judging from the results of Test R Sequare Demand variable (X1) of 0.057, variable lead time (X2) of 0.014, the variable Safety Stock (X3) of 0.010, Reorder level variable (X4) of 0.010, the variable Stock out (X5) of 0.016. It can be concluded that the five variables significantly affect stock production efficiency..
Keywords: Control of raw materials
I.     PENDAHULUAN
Perekonomian dan perkembangan dunia bisnis dewasa ini telah berkembang dengan sangat pesat seiring dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin canggih. Sehingga persaingan antar perusahaan manufaktur khususnya di kota Batam menjadi semakin ketat. Persaingan bisnis yang berkembang menghadapkan pada kondisi perusahaan yang tidak menentu, tidak sedikit perusahaan yang menutup usahanya dikarenakan tidak mampu lagi untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Adanya persaingan yang semakin ketat antar perusahaan mendorong setiap perusahaan untuk menetapkan pengendalian terhadap persediaan bahan baku secara tepat sehingga perusahaan dapat tetap eksis untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.
Dalam menghadapi persoalan yang sedemikian rupa perusahaan harus jeli dalam merencanakan dan mengendalikan usahanya.Bahan baku atau material merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Kekurangan bahan baku yang tersedia dapat berakibat terhentinya proses produksi karena habisnya bahan untuk diproses. Akan tetapi terlalu besarnya persediaan bahan baku dapat berakibat terlalu tingginya biaya guna menyimpan dan memelihara bahan tersebut selama penyimpanan di gudang. Keadaan terlalu banyaknya persediaan (over stock) ini, ditinjau dari segi finansial atau pembelanjaan merupakan hal yang tidak efektif, disebabkan karena terlalu besarnya barang modal yang menganggur dan tidak berputar. Oleh karena itu meskipun ditinjau dari segi kelancaran proses produksi, keadaan over stock itu berakibat positif akan tetapi ditinjau dari segi lain terutama dari segi biaya dapat berakibat negatif, dalam arti tingginya perongkosan yang harus ditanggung. (Sukanto & Indriyo:2000:199).
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka terdapat beberapa rumusan yang dihadapi dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1)      Bagaimanakah pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan
2)      PT.Hantong Precision Manufacturing Batam dalam dalam mendukung efisiensi proses    produksi?
3)      Bagaimanakah pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap proses produksi  pada PT.Hantong Precision Manufacturing Batam
4)       .Bagaimanakah pengaruh dari ke lima indikator : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out terhadap efisiensi proses produksi pada PT.Hantong Precision Manufacturing Batam
Tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah di atas adalah:
1)      1.Untuk mengetahui pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan PT.Hantong Precision Manufacturing Batam dalam dalam mendukung efisiensi proses produksi.
2)      2.Untuk menganalisis pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap proses produksi pada PT.Hantong Precision Manufacturing Batam.
3)      3.Untuk mengetahui dari ke lima indikator yang akan diteliti, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out , indikator apa yang paling berpengaruh terhadap efisiensi proses produksi pada PT.Hantong Precision Manufacturing Batam ?
Penelitian ini bermanfaat untuk :
1)      1.Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan PT.Hantong Precision Manufacturing Batam dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku dalam rangka meningkatkan efisiensi biaya-biaya serendah-rendahnya dan mendapatkan laba yang setinggi-tingginya.
2)      2.Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan PT.Hantong Precision Manufacturing Batam dalam menetapkan pengadaan/pembelian persediaan bahan baku, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan biaya- biaya yang harus dikeluarkan untuk persediaan bahan tersebut tidak terlalu besar.
3)      3.Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi semua perusahaan yang menjalankan usaha yang bergerak di bidang pengolahan bahan baku atau barang setengah jadi menjadi barang jadi, khususnya pimpinan perusahaan PT.Hantong Precision Manufacturing Batam dalam menentukan kebijaksanaan mengenai masalah perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting adalah pengendalian persediaan, karena persediaan fisik banyak melibatkan investasi yang cukup besar. Perencanaan Menurut Widjaja (1996:4), “Perencanaan adalah proses untuk memutuskan tindakan apa yang akan diambil dimasa depan.” Perencanaan kebutuhan bahan adalah suatu sistem perencanaan yang pertama-tama berfokus pada jumlah dan pada saat barang jadi yang diminta yang kemudian menentukan permintaan turunan untuk bahan baku, komponen dan sub perakitan pada saat tahapan produksi terdahulu (Horngren,1992:321).
Perencanaan diperlukan agar kegiatan dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik. Hal ini juga dimaksudkan agar tujuan yang hendak dicapai di masa yang akan datang benar-benar efektif. Perencanaan adalah proses berfikir ke depan dalam mengambil suatu keputusan dengan cara bertindak setelah mempertimbangkan banyak kemungkinan dan alternatif. Sedangkan menurut Horngren perencanaan berarti penetapan tujuan dan keputusan modal untuk menyelesaikan tujuan yang akan dicapai. Dua pengertian tersebut di atas dapat diterangkan bahwa perencanan adalah suatu proses penentuan tujuan dan pemilihan tindakan sebagai suatu usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengendalian adalah proses manajemen yang memastikan dirinya sendiri sejauh hal itu memungkinkan, bahwa kegiatan yang dijalankan oleh anggota dari suatu organisasi sesuai dengan rencana dan kebijaksanaannya. (Widjaja,1996:3). Pengendalian berkisar pada kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, penyelidikan dan pengevaluasian keseluruh bagian manajemen agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
Pengendalian merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilakukan untuk mengarahkan dan menuntut organisasi ke arah tujuan yang diinginkan. Fungsi ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi tentang keadaan organisasi. Pengendalian meliputi tindakan untuk rnenuntun dan memotivasi usaha pencapaian tujuan utaupun untuk mendeteksi memperbaiki pelaksanaan yang tidak efektif. Pengendalian merupakan suatu sistem yang berkaitan dengan pusat pertanggung jawaban dalam suatu kesatuan organisasi dan informasi yang mengalir di dalamnya. Suatu sistem terdiri dari struktur dan proses, Suatu proses merupakan seperangkat tindakan-tindakan yang secara sadar dilakukan oleh manajer dalam mencapai tujuanya secara garis besar. Proses pengendalian akan meliputi dua kegiatan yang saling berkait, yaitu kegiatan perencanaan dan pengendalian).
Bahan Baku
Bahan baku (raw material) adalah barang-barang berwujud seperti baja, kayu, tanah liat, atau bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan perusahaan dalam proses produksinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku ada beberapa macam.
Dalam hal ini faktor-faktor tersebut akan saling
berkaitan,
sehingga
secara
bersama-sama akan mempengaruhi persediaan
bahan baku. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah :
1.
Perkiraan pemakaian.
Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan, maka
manajemen
harus dapat dipergunakan didalam proses produksi pada
suatu
periode.
Perkiraan kebutuhan ini merupakan perkiraan tentang
berapa
jumlah
bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi
yang akan datang.
2.
Harga bahan.
Harga bahan baku merupakan dasar perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persedian bahan baku ini. Sehubungan dengan masalah ini maka biaya modal (cost of capital) yang digunakan dalam persediaan bahan baku tersebut harus pula diperhitungkan.
3.Biaya-biaya persediaan.
Di dalam menghitung biaya persediaan dikenal adanya dua tipe biaya, yaitu, biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya rata-rata persediaan
serta biaya yang justru semakin kecil dengan semakin
besarnya rata-rata
persediaan.
4.
Kebijaksanaan pembelanjaan.
Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana
dari
dalam
perusahaan tersebut. Apakah perusahaan akan memberikan fasilitas
yang
pertama, kedua, atau justru yang terakhir untuk dana dari
persediaan
bahan
baku. Disamping itu juga dilihat apakah dana yang
disediakan
cukup
untuk
pembayaran semua bahan yang diperlukan oleh
perusahaan
ataukah
hanya
sebagian.
5.
Pemakaian senyatanya.
Pemakaian bahan baku yang senyatanya dari periode yang lalu
merupakan
faktor yang perlu diperhatikan. Berapa besar penyerapan
bahan
baku dari
proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya
dengan
perkiraan
pemakaian harus senantiasa dianalisa.
6.
Waktu tunggu.
Waktu tunggu adalah merupakan tenggag waktu yang diperlukan antara pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini sangat perlu diperhatikan, oleh karena hal ini sangat berhubungan dengan saat penentuan pesanan kembali (reorder level). Dengan diketahui waktu tunggu yang tepat, maka perusahaan akan dapat memeli pada waktu yang tepat pula, sehingga penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan akan dapat ditentukan semaksimal mungkin.
Adapun tujuan pengendalian secara terperinci dapatlah dinyatakan sebagai usaha untuk :
1.Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu
besar
atau berlebih-lebihan, sehingga biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu
besar.
3.Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar.
Dari keterangan di atas dapatlah dinyatakan bahwa tujuan pengendalian persediaan untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan-bahan atau barang-barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minimal untuk kepentingan dan keuntungan perusahaan. Dengan perkataan lain pengendalian persediaan untuk menjamin terdapatnya persedian pada tingkat yang optimal agar produksi dapat berjalan dengan lancar dengan biaya yang minimal. Jadi dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas perlu diadakan perencanaan mengenai persediaan bahan baku yang akan dilakukan pengadaan, baik dalam jumlah maupun jenis bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan untuk proses produksi dan kapan diadakan pemesanan serta berapa besar pesanan yang dapat dibenarkan ditinjau dari sudut biaya maupun dana yang diperlukan agar tercapai keuntungan yang optimal. Menurut Teguh Baroto (2002:56), Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat dari adanya persediaan.
Biaya tersebut adalah sebagai berikut :
1)      1.Harga pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, besarnya sama dengan harga perolehan sediaan itu atau harga belinya.
2)      2.Biaya pemesanan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pemesanan ke pemasok, yang besarnya biasanya tidak dipengaruhi oleh jumlah pemesanan. Biaya pemesanan adalah semua biaya yang timbul untuk mendatangkan barang dari pemasok, biaya ini meliputi biaya pemprosesan, biaya ekspedisi, upah, biaya telepon/fax, biaya-biaya lainnya yang tidak tergantung jumlah pesanan.
3)      3.Biaya penyiapan (set up cost) adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi. Biaya ini terjadi bila item sediaan diproduksi sendiri dan tidak membeli dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya persiapan peralatan produksi, biaya yang mempersiapkan/menyetel (set-up) mesin, biaya mempersiapkan gambar kerja, biaya mempersiapkan tenaga kerja langsung, biaya perencanaan dan penjadwalan produksi, dan biaya-biaya lain yang besarnya tidak tergantung pada jumlah item yang diproduksi.
4)      4.Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan dalam penanganan/penyimpangan material, seni finished product, sub assembly, ataupun produk jadi. Biaya simpan tergantung dari lama penyimpanan dan jumlah yang di simpan. Biaya simpan biasanya dinyatakan dalam biaya per unit per periode. Biaya penyimpanan meliputi berikut ini :
a)      a.Biaya kesempatan. Penumpukan barang di gudang berarti penumpukkan modal. Padahal modal ini dapat diinvestasikan pada tabungan bank atau bisnis lain. Biaya modal merupakan opportunity cost yang hilang karena menyimpan persediaan.
b)      b.Biaya simpan. Termasuk dalam biaya simpan adalah biaya sewa gudang, biaya asuransi pajak, biaya administrasi dan pemindahan, serta biaya kerusakan dan penyusutan.
a.       c.Biaya keusangan. Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan tenologi (misal komputer).
b.      d.Biaya-biaya lain yang besarnya bersifat variabel tergantung pada jumlah item.Dalam praktek, biaya penyimpanan sukar dihitung secara teliti, sehingga dilakukan pendekatan dengan suatu prosentase tertentu. Pada
c.       beberapa perusahaan, prosentase ini ditetapkan antara 15% sampai 30% pertahun dari harga pembelian.
     5). Biaya kekurangan persediaan. Bila perusahaan kehabisan barang saat ada permintaan, maka akan terjadi stock out. Stock out menimbulkan kerugian berupa biaya akibat kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan atau kehilangan pelanggan yang kecewa (yang pindah ke produk saingan). Biaya ini sulit diukur karena berhubungan dengan good will dapat dihitung dari hal-hal berikut :
a)      a.Yang tak dapat dipenuhi, biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan. Biaya ini diistilahkan sebagai biaya penalti hukuman kerugian bagi perusahaan.
b)      b.Waktu pemenuhan lamanaya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang.
c)      c.Biaya pengadaan darurat. Agar konsumen tidak kecewa, maka dapat dilakukan penggandaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya lebih besar ketimbang biaya penggandaan normal.
Pada dasarnya persediaan bahan baku yang diselenggarakan oleh satu perusahaan akan dipergunakan untuk menunjang terselenggaranya proses produksi yang ada dalam perusahaan tersebut. Dengan demikian besarnya persediaan bahan baku harus
disesuaikan dengan jumlah kebutuhan bahan baku yang diperlukan dalam proses
produksi. Dalam melakukan pembelian, disamping harus memperhatikan banyaknya
jumlah
bahan baku untuk
kebutuhan proses
produksi, perusahaan juga
harus
memperhitungkan
besarnya biaya yang telah di keluarkan, agar dapat tercapai dengan
biaya
minimum.
Untuk
dapat melaksanakan
hal tersebut perusahaan
dapat
menentukan pembelian dengan jumlah yang optimum atau EOQ (Economic Order Quantity) adalah jumlah kuantitas barang yang diperoleh dengan biaya minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian optimal.
Dalam menentukan jumlah yang optimal atau EOQ (Economic OrderQuantity)
kita harus dapat membedakan atau memisahkan antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan, macambiaya tersebut masih dibagi lagi menjadi dua (2) yaitu biaya variabel dan biaya tetap.
Adapun komponen-komponen biaya tersebut adalah :
A. Biaya pemesanan atau disebut procurement cost atau set up cost atau ordering cost.
Atas dasar tingkat variabelilasnya, biaya pemesanan dapat di kelompokkan menjadi:
1  .Biaya pemesanan tetap adalah biaya pemesanan besarnya tetap dalamperiode tertentu,   tidak dipengaruhi oleh frekwensi pemesanan misalnya:
a.Gaji bagian pembelian.
b.Biaya penyusunan aktiva tetap bagian pembelian.
c.Lain-lain biaya tetap untuk pemesanan.
2.  Biaya pemesanan variabel, yaitu pemesanan jumlah totalnyaberubahubah secara  proposional dengan frekwensi pemasanan. Semakin tinggi pemesanan maka semakin sering frekwensi pemesanan, semakin besar pula biaya penyimpanan variabel misalnya
a. Biaya pembuatan dan pengiriman dokumen permintaan pembelian pemesanan pembelian.
b.Biaya pembuatan laporan penerimaan bahan dan pemeriksaan kuantitas dan kualitas.
c.Biaya penerimaan barang yang di pesan.
d.Biaya pencatatan hutang dan mempersiapkan pembayaran atas pembelian bahan.
e.Lain-lain biaya pemesanan variabel.
B.  Biaya penyimpanan atau sering disebut storage cost atau carrying cost. Atas dasar tingkat variabelitasnya biaya penyimpanan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Biaya penyimpanan tetap, yaitu biaya penyimpanan bahan yang jumlah totalnya tidak   dipengaruhi jumlah atau besarnya bahan yang disimpan di gudang, misalnya:
 a. Biaya penyusutan gudang.
 b.Gaji karyawan tetap bagian gudang.
2. Biaya penyimpanan variabel, yaitu biaya penyimpanan bahan yang jumlah totalnya berubah-ubah secara proposional dengan jumlah atau besarnya bahan yang disimpan. Semakin besar bahan yang disimpan, semakin besar pula biaya penyimpanan variabel misalnya :
a)      .Biaya sewa gudang (apabila gudang disewa dari pihak lain).
b)      .Biaya asuransi bahan.
c)      .Biaya administrasi gudang.
d)     .Biaya atas rusak atau usangnya bahan.
e)      .Lain-lain penyimpangan variabel.
Namun dalam pertimbangan pembelian yang optimum atau EOQ, hanya diperhatikan biaya variabel saja, karena dua macam variabel mempunyai dua hubungan yang berbading terbalik dengan jumlah pesanan; yaitu semakin tinggi hanya frekwensi pemesanan akan mengakibatkan biaya pemesanan variabel semakin rendah, tetapi biaya penyimpangan variabel semakin tinggi karena rata-rata bahan yang disimpan semakin tinggi. Untuk menjaga kelancaran proses produksi tidak cukup hanya ditentukan jumlah bahan mentah yang dibeli, harus ditentukan pula kapan pemesanan bahan harus dilakukan agar bahan mentah tersebut dapat datang tepat pada waktu yang dibutuhkan. Bahan mentah yang datang terlambat akan mengakibatkan terganggunya proses produksi, kadang-kadang harus dicari bahan mentah pengganti agar proses poduksi tidak berhenti. Biaya yang terpaksa dikeluarkan karena keterlambatan datangnya bahan mentah disebut stock out cost. Sebaiknya bahan mentah yang datang terlalu awal atau terlalu cepat akan menimbulkan masalah pula, harus disediakan tempat penyimpanan dan harus di tanggung pula biaya pemeliharaan ekstra. Biaya-biaya yang terpaksa harus dikeluarkan karena bahan mentah datang terlalu awal disebut extra carrying cost. Karena itu dalam menentukan waktu pesanan perlu diperhatikan faktor lead time. Lead time adalah jangka waktu sejak dilakukannya pemesanan sampai datangnya bahan mentah yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses produksi. Setelah diperhitungkan faktor lead time, maka dapat ditentukan Reorder point yaitu saat dilakukan pemesanan kembali bahan mentah yang diperlukan.
 Proses Produksi
Kebanyakan mengartikan proses produksi itu adalah suatu kegiatan mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Tapi menurut Assauri Sofyan “ Proses Produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana yang ada).” Sehingga, menurutnya proses produksi adalah suatu kegiatan yang menggunakan semua factor produksi dalam rangka menciptakan sebuah barang agar memilki nilai guna atau menambah nilai guna suatu barang tersebut. Sedangkan menurut Ahyari Agus (1986:3) ‘Proses produksi merupakan cara, metode maupun teknik bagaimana kegiatan penambahan faedah atau penciptaan faedah tersebut dilaksanakan”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelancaran proses produksi adalah suatu keadaan dimana proses penciptaan atau aktivitas penambahan faedah suatu barang tidak terhambat oleh suatu apapun. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pernah dilakukan oleh Susi Herawati (2002) di Jember dan Syafa’at Yunus (2008). Dalam penelitian mereka yang berjudul “Pengadaan Bahan Baku Yang Ekonomis Pada PT. Lima Jaya Tunggal Jember”. Susi Herawati melakukan penelitian pada PT. Lima Jaya Tunggal di Jember yaitu perusahaan yang bergerak dibidang industri pengolahan bumbu rokok. Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menentukan jumIah pembelian bahan baku yang ekonomis dan mengetahui jumlah persediaan bahan baku yang ekonomis.
Metode penelitian yang digunakan adalah Analisis EOQ yang menunjukkan bahwa pembelian yang ekonomis yang ada pada PT. Lima Jaya Tunggal Jember adalah sejumlah 100.759 Kg batang cengkeh, dengan frekuensi pembelian 13 kali atau 23 hari sekali dilakukan pemesanan.
Kerangka Pemikiran Terdapat beberapa item penting persediaan yang berkaitan dengan penentuan jumlah persediaan yang optimal dan biaya total yang optimal :
1.Permintaan (demand)
Terdapat asumsi tentang pola dan karakteristik dari permintaan seringkali menjadi hal yang paling signifikan dalam penentuan kekomplekan dari pengendalian persediaan.
a)      .Konstan dan Variable. Model persediaan yang sederhana mengasumsikan bahwa tingkat permintaan adalah konstan. Model EOQ dan perluasan dari model ini didasarkan pada asumsi ini. Selain itu juga terdapat permintaan yang berubah- rubah pada konteks yang beragam.
b)      Pasti dan Acak. Sangat mungkin bahwa permintaan konstan tapi dalam keadaan acak. Persamaan dari acak ini yaitu tidak pasti atau stokastik. Dalam permintaan stokastik, diasumsikan bahwa tingkat rata-rata permintaan adalah konstan. Permintaan acak ini lebih realistik dan kompleks dibandingkan permintaan yang bersifat deterministik.
2. Tenggang waktu (Lead Time)
Adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku
dan
datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini dapat konstan
dan
dapat bersifat probabilistik, Replinishmentrate adalah sebagai dasar
untuk membentuk suatu sistem persediaan.
3. Persediaan pengaman (Safety Stock)
Adalah persediaan yang diadakan untuk mencegah terjadinya kekurangan persediaan ketika kondisi permintaan tidak diketahui atau karena keterlambatan penerimaan bahan baku yang telah dipesan. Faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan ini adalah penggunaan bahan baku rata-rata selama periode tertentu sebelum barang yang dipesan datang dan waktu tunggu yang bervariasi.
4. Tingkat pemesanan kembali (Reorder Level)
Reorder Level merupakan tingkat pemesanan kembali dimana digunakan sebagai acuan pemesanan dari suatu sistem persediaan.
5.Kehabisan bahan baku (Stock out)
Stock Out merupakan keadaan dimana tingkat pemesanan kembali di karenakan kehabisan bahan baku.
http://share.pdfonline.com/f92e95906398472380c349943ad33585/Jurnal%20Skripsi%20Deta%20Novian%20Wulandari%20090810047_images/Jurnal%20Skripsi%20Deta%20Novian%20Wulandari%2009081004719x1.jpg
 Pengukuran item penting persediaan melalui ke lima item tersebut akan menghasilkan kelancaran atau efisiensi proses produksi. Berikut adalah gambaran kerangka pemikiran :
Pengendalian Persediaan Bahan Baku (X)
Demand (X1)
Lead time (X2)
Safety stock (X3)
Reorder level (X4)
Stock out (X5)
Proses Produksi (Y)
Berdasarkan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Bahwa item penting persediaan ( demand, lead time, safety stock, reorder level, stock out ) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap proses produksi pada PT.Hantong Precision Manufacturing Batam.
2. Bahwa item penting persediaan yang dominan mempengaruhi efisiensi proses produksi adalah demand (permintaan).
III.METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian yang merupakan langkah-langkah/kronologi kegiatan penelitian untuk mempermudah menganalisis data dalam penyusunan skripsi yang digambarkan melalui kerangka pemecahan masalah berikut :
Start
Data Kuisioner
Analisis SPSS
Keputusan Stop
Gambar Kerangka Pemecahan Masalah
Penelitian ini digunakan pendekatan studi kasus, dimana pendekatan ini dianggap yang paling sesuai untuk jenis penelitian ini, dan penelitian ini hanya bekisar pada persediaan bahan baku yang ada di perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang metal stamping “PT.Hantong Precision Manufacturing Batam” di Batam. Obyek penelitian ini adalah PT.Hantong Precision Manufacturing Batam yang beralamat di Komplek Citra Buana Centre Park 2 Lot 5 & 6 Batuampar - Batam. Operasional variabel
Persediaan bahan baku adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk diolah dalam satu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu penggunaan dalam satu proses produksi.
Variabel Dependen
 Variabel dependen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah efisiensi proses produksi.
Variabel Independen
Variabel independen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian persediaan bahan baku.
Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah staff/karyawan PT.Hantong Precision Manufacturing Batam yang berkaitan dengan pengendalian persediaan bahan baku seperti section PPC, PURCHASING, STORE, PRODUCTION, QA/QC.
TABEL
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
PADA PT.HPM BATAM TAHUN 2012
No.
Departemen
Jumlah
Prosentase
1.
PPC
3
2,22 %
2.
PURCHASING
2
1,48 %
3.
STORE
2
1,48 %
4.
PRODUKSI
114
84,44 %
5.
QA/QC
14
10,37 %
Total Responden
135
100
Sumber : PT.Hantong Precision Manufacturing
Sedangkan besarnya sample dalam penelitian ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus slovin yaitu sebagai berikut :
http://share.pdfonline.com/f92e95906398472380c349943ad33585/Jurnal%20Skripsi%20Deta%20Novian%20Wulandari%20090810047_images/Jurnal%20Skripsi%20Deta%20Novian%20Wulandari%2009081004722x1.jpg
n = 135
23
1+135(0,05x0,05) n = 135
1,338 = 100,897
Sedangkan metode penentuan sampel yang digunakan adalah dengan tehnik purposive sampling yaitu tehnik penarikan sampling berdasarkan criteria tertentu sepertistaff/karyawan minimal menjadi karyawan 1 tahun dan selain itu yang dijadikan sampel adalah khusus staff atau karyawan yang berkaitan dengan pengendalian persediaan bahan baku.
Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Interview/wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan wawancara secara langsung dengan pimpinan perusahaan, staff dan karyawan tentang masalah yang berhubungan dengan penelitian.
b. Observasi adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti untuk memperoleh data yang relevan.
c. Studi kepustakaan dan dokumentasi, merupakan metode pengumpulan data dengan membaca dan mempelajari teori-teori yang berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti untuk memberikan wawasan dan landasan teoritis dan sebagai acuan dalam analisis data.
. Jenis data
Jenis data yang akan dikumpulkan adalah data bersifat kuantitatif dan terdiri dari jenis data primer dan skunder.
a .Data primer, diambil / dikumpulkan langsung dari obyek penelitian, yaitu perusahaan PT.Hantong Precision Manufacturing Batam.
b. Data skunder, diambil dari buku-buku literatur, bukti-bukti tertulis, penelitian terdahulu, dan data-data lain terkait dengan penelitian.
Untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat, maka penulis melakukan pendekatan penelitian lapangan dengan dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Data hasil survei diproses dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak SPSS (Statistical Package for the Social Science) versi ke 17 untuk memberikan gambaran hubungan yang jelas antara variabel-variabel penelitian.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan secara tertulis kepada karyawan/ti yang terkait dengan pengendalian persediaan bahan baku pada PT.Hantong Precision Manufacturing Batam
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh sekaligus untuk menguji hipotesis.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah suatu analisis untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap proses produksi. Untuk menentukan nilai-nilai variabel, maka digunakan model skoring sebagai berikut:
-Sangat Setuju Sekali (SSS) dengan skor 5.
-Sangat Setuju (SS) dengan skor 4.
-Setuju (S) dengan skor 3.
-Tidak Setuju (TS) dengan skor 2.
-Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1.
Analisis regresi linier berganda yaitu suatu analisis untuk menguji pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses produksi menggunakan rumus, Hasan (2002, hal. 262) dengan komputer SPSS for windows release 17 :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + Ei
Di mana :
Y = Proses produksi
X1 = Permintaan (demand)
X2 = Tenggang waktu (lead time)
X3 = Persediaan pengaman (safety stock)
X4 = Tingkat pemesanan kembali (reorder level)
26
X5 = Kehabisan bahan baku (stock out) bo, b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi Ei = Error
Uji Validitas Data
Analisis validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan kesesuaian dari alat
ukur tersebut yaitu item-item pertanyaan dalam kuesioner, dengan apa yang ingin
diukur. Oleh karenanya, semua item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada item pertanyaan yang telah digunakan dalam penelitian sebelumnya. Dalam hal analisis item ini Masrun yang dikutip dari Sugiyono (2000, hal. 106) menyatakan "Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan". Selanjutnya dalam
memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, Masrun menyatakan "Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3".
Uji validitas digunakan untuk mengukur validitas suatu kuesioner (Ghozali, 2001). Menurut (Sekaran, 2003 dalam Wijaya, 2011: 115) validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Santoso, 2003). Pendekatan yang digunakan pada uji ini adalah validitas konstruk (construct validity). Untuk menguji validitas penelitian ini menggunakan factor analysis, dengan batas muatan faktor yang menunjukkan bahwa pertanyaan kuesioner dianggap valid adalah lebih dari 0,5 (Hair et al., 2006). Dengan keterangan apabila data tersebut telah diuji dan menunjukkan angka lebih dari yang disebutkan di atas maka data tersebut adalah valid.
Uji Reliabilitas Analisis relilabilitas adalah dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil




pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran
dua
kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur
yang sama. Uji reliabilitas
disini yang digunakan adalah uji konsistensi internal. Konsistensi
internal suatu alat
ukur menunjukkan homogenitas
item-item dalam pengukuran suatu konsep. Oleh
karena pengukuran konsep yang sama, maka item-item ini berkorelasi positif antara




satu dengan yang
lainnya. Uji reliabilitas yang
paling sering digunakan sebagai
acuan adalah
Cronbach's alpha. Batas bawah "
Cronbach's alpha adalah 0,70
walaupun
0,60 masih dapat diterima. Uji reliabilitas dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dapat dipercaya (reliable) atau tidak. Dikatakan reliable jika hasil kuesioner yang dikirimkan mendapatkan hasil yang konsisten. Untuk menguji reliabilitas, penelitian ini menggunakan kofisien
Cronbach’s alpha. Nilai Cronbach’s alpha yang menunjukkan pertanyaan pada kuesioner dianggap reliable adalah minimal lebih besar sama dengan 0,6 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2001:133) . Sehingga bila data yang diuji tersebut menunjukkan angka lebih dari yang disebut di atas maka hasil uji tersebut dianggap reliable atau dapat diandalkan.
Uji Asumsi Klasik Salah satu syarat untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda adalah terpenuhinya asumsi klasik.
Uji Linearitas
Uji linier adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel, apabila nilai F hitung < F tabel maka disimpulkan model regresi ini berbentuk linear demikian berlaku untuk sebaliknya (Ghozali, 2001
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual, titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001).
Uji Multikolinieritas
Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variable-variabel ini tidak ortogonal. Variabel Ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (Ghozali, 2001:57)
Uji Pengaruh
http://share.pdfonline.com/f92e95906398472380c349943ad33585/Jurnal%20Skripsi%20Deta%20Novian%20Wulandari%20090810047_images/Jurnal%20Skripsi%20Deta%20Novian%20Wulandari%2009081004729x1.jpg
Dilakukan untuk melihat pengaruh variable independen secara keseluruhan terhadap variable dependen.
Rancangan Uji Hipotesis
Analisis regresi berganda dalam penelitian ini dianalisa meliputi: Uji koefisien determinan (R2), Uji statitik F dan Uji statistik t dengan menggunakan software pengolahan data SPSS versi 17.
Koefisien Determinan (R2)
Menurut Ghozali (2001), koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
Uji Statistik F
(Ghozali, 2001). Cara untuk mencari F hitung dan di bandingkan dengan F tabel dengan rumus F hitung adalah:
Rumus
Keterangan :
R2 = Koefisien Determinasi
k = banyaknya variable bebas
http://share.pdfonline.com/f92e95906398472380c349943ad33585/Jurnal%20Skripsi%20Deta%20Novian%20Wulandari%20090810047_images/Jurnal%20Skripsi%20Deta%20Novian%20Wulandari%2009081004730x1.jpg
n = banyaknya sampel
dengan asumsi ( F hitung )
Ho : diterima bila sig. > a= 0.05
Ho : diterima bila sig. = a= 0.05
Uji Statistik t
Uji t adalah pengujian yang yang berkenaan dengan populasi yang memiliki nilai tertentu (Ho : P = 0), maka cara yang dilakukan adalah mencari T hitung yang nanti di bandingkan dengan T tabel. Rumus T hitung adalah:
Rumus
Keterangan :
R = Koefisien korelasi
R2 = koefisien determinasi
N = banyaknya sampel
Dengan asumsi jika probabilitas (t hitung) adalah :
Ho : diterima bila sig. > a= 0.05
Ho : diterima bila sig. = a= 0.05
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Uji Validitas
Hasil uji validitas data mengenai Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level
dan Stock Out memiliki koefisien korelasi minimal 0,3 dan terdiri dari pertanyaan yaitu :
1.X1_1 Pearson Correlation adalah 0,790 dan signifikan 0,000 < 0,05.
2.X1_2 Pearson Correllation adalah 0,743 dan signifikan 0,000 < 0,05.
3.X1_3 Pearson Correllation adalah 0,735 dan signifikan 0,000 < 0,05.
4.X1_4 Pearson Correlation adalah 0,839 dan signifikan 0,000 < 0,05.
5.X2_1 Pearson Correllation adalah 0,790 dan signifikan 0,000 < 0,05
6.X2_2 Pearson Correlation adalah 0,743 dan signifikan 0,000 < 0,05.
7.X2_3 Pearson Correllation adalah 0,735 dan signifikan 0,000 < 0,05.
8.X2_4 Pearson Correllation adalah 0,839 dan signifikan 0,000 < 0,05.
9.X3_1 Pearson Correlation adalah 0,851 dan signifikan 0,000 < 0,05.
10.X3_2 Pearson Correllation adalah 0,958 dan signifikan 0,000 < 0,05
11.X3_3 Pearson Correlation adalah 0,935 dan signifikan 0,000 < 0,05.
12.X3_4 Pearson Correllation adalah 0,866 dan signifikan 0,000 < 0,05.
13.X4_1 Pearson Correllation adalah 0,808 dan signifikan 0,000 < 0,05.
14.X4_2 Pearson Correlation adalah 0,950 dan signifikan 0,000 < 0,05.
15.X4_3 Pearson Correllation adalah 0,893dan signifikan 0,000 < 0,05
16.X5_1 Pearson Correlation adalah 0,637 dan signifikan 0,000 < 0,05.
17.X5_2 Pearson Correllation adalah 0,758 dan signifikan 0,000 < 0,05.
18.X5_3 Pearson Correllation adalah 0,829 dan signifikan 0,000 < 0,05.
19.X5_4 Pearson Correlation adalah 0,835 dan signifikan 0,000 < 0,05.
20.X5_5 Pearson Correllation adalah 0,848 dan signifikan 0,000 < 0,05
21.X5_6 Pearson Correlation adalah 0,792 dan signifikan 0,000 < 0,05.
22.X5_7 Pearson Correllation adalah 0,783 dan signifikan 0,000 < 0,05.
23.Y_1 Pearson Correllation adalah 0,841 dan signifikan 0,000 < 0,05. 24.Y_2 Pearson Correlation adalah 0,936 dan signifikan 0,000 < 0,05.
25.Y_3 Pearson Correllation adalah 0,927 dan signifikan 0,000 < 0,05
26.Y_4 Pearson Correlation adalah 0,796 dan signifikan 0,000 < 0,05
2.Uji Reabilitas
Uji Reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dapat dipercaya atau handal sebagai alat ukur variabel, apabila nilai cronbach’s alpha (a) suatu variabel = 0,60 maka variabel yang
digunakan tersebut reliabel
HASIL UJI RELIABILITAS
Dimensi
Jumlah butir
Koefisien alpha
Kesimpulan
Demand
4
0,780
Reliabel
Lead time
4
0,838
Reliabel
Safety stock
4
0,919
Reliabel
Reorder levey
3
0,863
Reliabel
Stock out
7
0,894
Reliabel
Efisiensi proses
4
0,896
Reliabel
produksi
Jumlah
26
http://share.pdfonline.com/f92e95906398472380c349943ad33585/Jurnal%20Skripsi%20Deta%20Novian%20Wulandari%20090810047_images/Jurnal%20Skripsi%20Deta%20Novian%20Wulandari%2009081004733x1.jpg
3. Uji Statistik F
Dalam pengujian F yang menunjukkan bahwa bahwa variabel bebasnya secara serempak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Dengan kata lain untuk variabel kualitas pelayanan meliputi : demand, lead time, safety stock, reorder level, stock out secara bersamaan berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi proses produksi .
TABEL UJI STATISTIK F
Variabel
F Tabel
Sig
Demand
1,326
2,29
Lead time
5,640
3,36
Safety Stock
1,155
8,05
Reorder level
2,960
0,16
Stock out
2,090
0,26
4. Pengujian Koefisien Regresi
Pengujian R Sequare dari masing-masing variabel pengendalian persediaan bahan baku dapat ditentukan sebagai berikut :
TABEL UJI R SEQUARE
Variabel RSequare
Demand 0,057
http://share.pdfonline.com/f92e95906398472380c349943ad33585/Jurnal%20Skripsi%20Deta%20Novian%20Wulandari%20090810047_images/Jurnal%20Skripsi%20Deta%20Novian%20Wulandari%2009081004734x1.jpg
Lead time
0,014
Safety Stock
0,010
Reorder level
0,010
Stock out
0,016
5. Uji Statistik T
Berdasarkan hasil uji T maka dapat dilakukan pengurutan variabel bebas yang
memiliki nilai thitung, dengan urutan sebagai berikut:
1.
2,290
(demand)
Sig : 0,24
2.
- 0,866 (lead time)
Sig :3,89
3.
1,81 (safety stock)
Sig : 8,56
4.
– 0,756 (reoder level)
Sig : 4,51
5.
1,910
(stock out)
Sig : 0,59
Berdasarkan hasil uji signifikan dari kelima variable item penting persediaan terhadap efisiensi proses produksi, membuktikan bahwa kelima variable tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi proses produksi. Sedangkan dari hasil model regresi yang telah dilakukan, ternyata yang lebih dominan mempengaruhi efisiensi proses produksi adalah demand.Dengan demikian hipotesis yang telah dikemukakan terbukti.
V.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari keseluruhan hasil analisis yaitu sebagai berikut:
1)Bedasarkan Uji Validitas data dari kelima variabel yang diteliti yaitu variabel
Demand , variabel Lead time , variabel Safety Stock, variabel Reorder level , dan variabel Stock out dengan pengujian data menggunakan program SPSS 17 dapat di simpulkan bahwa ke lima indikator dinyatakan valid.
2)Bedasarkan Uji Reabilitas data dari kelima variabel yang diteliti yaitu variabel Demand , variabel Lead time , variabel Safety Stock, variabel
Reorder level , dan variabel Stock out, dengan pengujian data menggunakan program SPSS 17 dapat di simpulkan bahwa ke lima indikator dinyatakan Reliabel.
3) Bedasarkan Uji Asumsi
Klasik
dari
kelima
variabel
yang diteliti
yaitu
variabel Demand , variabel Lead time , variabel Safety Stock, variabel
Reorder level , dan variabel Stock out
dengan pengujian data menggunakan
program SPSS 17
maka
ke
lima
indikator
dinyatakan
bebas
Multikolunieritas.
36
4)Bedasarkan Uji Pengaruh dari kelima variabel yang diteliti yaitu variabel
Demand , variabel Lead time , variabel Safety Stock, variabel Reorder level , dan variabel Stock out dengan pengujian data menggunakan program SPSS 17 maka ke lima indikator dinyatakan berpengaruh terhadap efisiensi proses produksi, akan tetapi yang dominan berpengaruh adalah indikator Demand
(Permintaan).
5)Berdasarkan Uji Regresi antara pengendalian persediaan bahan baku dengan efisiensi proses produksi, menunjukkan bahwa kelima variabel berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi proses produksi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas kesalahan probability X1 = 0,000, probability X2 = 0,000, probability X3 = 0,000, probability X4 = 0,000 dan nilai probability X5 = 0,000, oleh karena semua nilai probability < 0,05. Dilihat dari Hasil Uji R Sequare variabel Demand (X1) sebesar 0,057 , variabel Lead time (X2) sebesar 0,014 , variabel Safety Stock (X3) sebesar 0,010 , variabel Reorder level (X4) sebesar 0,010 , variabel Stock out (X5) sebesar 0,016 . Maka dapat disimpulkan bahwa kelima variabel persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi proses produksi.
6)Variabel yang paling dominan mempengaruhi efisiensi proses produksi adalah varabel Demand(Permintaan)
DAFTAR PUSTAKA
Baroto, Teguh. (2002) Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Sukanto & Indriyo. (2000) Manajemen Produksi. BPFE, Yogyakarta. Asauri (2004) Manajemen Produksi dan Operasi. FEUI, Jakarta. Rangkuti, Freddy (1996) Manajemen Persediaan . Rajawali Pers, Jakarta. Sekaran (2003) Uji Validitas . BPFE, Yogyakarta .
Wijaja (1996). Pengendalian Produksi. Jakarta: Alpabetha
Deta Novian Wulandari. Analisa Pengaruh Pengendalian Persedian Bahan Baku terhadap proses Produksi, Batam

KITA HANYA IKUT MEMPUBLIKASIKAN JURNAL INI TIDAK ADA CAMPUR TANGAN DENGAN PEMBUAT JURNAL INI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Kapabilitas Proses Produk Farmasi X Dengan Pendekatan Six Sigma Di Pt Y

Analisis Pengaruh Hifdz Al Maal Terhadap Pengelolaan Harta Pada Pedagang Muslim Pasar Aur Kuning Kota Bukittinggi

Pengaruh Kemudahan, Kecepatan dan Keamanan Penggunaan Qris Pada UMKM Halal Kota Medan